Kisah Imam Tarawih Tertua di Masjid Keraton Yogyakarta
Usia mendekati seabad tidak lantas membuat Raden Ngabehi H Mohammad Baghowi berhenti melayani jemaah di masjid di lingkungan Keraton Yogyakarta. Di usia 90 tahun, Mbah Baghowi, begitu dia dikenal, tetap menjalankan tugas sebagai Imam Salat Tarawih di Masjid Jami' Pathok Negoro, Yogyakarta.
Selain menjadi iman di bulan Ramadan, Mbah Baghowi, juga mengimami salat lima waktu. Baghowi yang lahir pada tahun 1922 di kampung Plosokuning, Minomartani, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta ini didaulat sebagai imam paling tua di Yogyakarta. Tapi, jangan lantas memandangnya sebelah mata.
Usia lanjut tidak menyurutkan semangatnya untuk menunaikan tugas sebagai Imam Masjid. Dia biasa berjalan kaki tanpa topangan apapun menuju masjid yang berjarak 300 meter. Berjalan kaki sendirian, ia tidak tampak renta, layaknya anak muda ia berjalan tegak dan tidak tampak bungkuk.
"Sampai sekarang saya masih sehat dan kuat untuk menjadi Imam, alhamdulillah. Saya ngimami salat taraweh 20 raka'at dan 3 witir. Ini semua kuasa Allah," tuturnya.
Mbah Baghowi, tidak hanya imam masjid biasa. Dia juga merupakan abdi dalem kemasjidan Keraton Yogyakarta. Status Masjid Jami' Pathok Negoro yang terletak di wilayah utara pun merupakan salah satu Masjid Keraton.
Dalam perbincangan dengan VIVAnews di kediamannya, Mbah Baghowi mengatakan, sebelumnya ada enam orang abdi dalem yang bertugas di masjid itu, yakni Kyai Buzhari yang bertugas sebagai imam, Kyai Zulhadi bertugas sebagai khotib, Kyai Raden Mandur, Abu Iskandar, Mbah Ngawi, dan Mbah Mahtahyat.
"Setelah para kyai itu meninggal saya ditunjuk oleh Kyai Mursyad untuk menjadi imam, sejak tahun 1970. Saya ditunjuk karena saya pelaku perjuangan yang sekarang sudah menjadi veteran," kata dia, Sabtu 28 Juli 2012.
Imam Masjid Keraton Yogyakarta Mohammad Baghowi
Dalam menjalani hidup keseharian ia adalah tipikal orang yang sangat disiplin termasuk urusan ibadah dan salat. Mbah satu ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan laki-laki seusianya yang sudah sangat lanjut.Salah satunya, artikulasi dan vokal Mbah Baghowi masih terdengar jelas saat mengimami bacaan-bacaan Alquran.
Cucu beliau, Zoohda Salamah menceritakan, bahwa kakeknya itu merupakan orang yang sangat disiplin dalam segala hal, termasuk urusan beribadah, yaitu salat. "Kalau simbah yang imam salat tarawih, makmumnya banyak. Orang kampung suka salat di masjid kalau Simbah imamnya," ucapnya.
Mbah Baghowi melanjutkan, dia mengungkapkan kunci semua kekuatan dan kesehatan yang dia miliki. "Berserah diri kepada Allah."
Sebetulnya, dia sempat mengajukan pengunduran diri sebagai imam kepada takmir atau pengurus masjid mengingat usia lanjutnya. Tapi, permohonan ini tidak dikabulkan. "Takmirnya bilang, ndak Mbah, sekuatnya saja," ujarnya.
Sementara itu, Masjid Jami' Pathok Negoro milik Keraton yang dibangun pada tahun 1724 Masehi itu berada di empat penjuru. Di antaranya Masjid Jami' Pathok Negoro Mlangi di wilayah barat, Masjid Jami' Pathok Negoro Babadan di wilayah timur, Masjid Jami' Pathok Negoro Dongkelan Bantul di wilayah selatan, dan Masjid Jami' Pathok Negoro Plosokuning di wilayah utara.
"Masjid ini tidak boleh diubah, dari dulu hingga sekarang bangunan masjid ini masih asli. Kolamnya juga tetap dijaga, hanya yang direnovasi temboknya saja," jelasnya.
Selain Masjid Pathok Negoro yang berada di empat penjuru wilayah itu, Keraton juga membangun masjid di tengah-tengah kota yang berdekatan dengan Keraton yakni Masjid Agung Gedhe Kauman. | vivanews.com
0 komentar:
Posting Komentar